Friday, April 12, 2019

Kisah Angker Rumah Sakit Gonjiam

Rumah Sakit Jiwa Gonjiam sering disebut-sebut sebagai tempat terseram di Korea Selatan.
Bahkan CNN memasukkan Gonjiam sebagai salah satu dari tujuh tempat paling berhantu di dunia.
Berlokasi di kota kecil Gwangju, bangunan tua yang sudah terbengkalai ini menjadi topik utama dari kisah-kisah hantu dan legenda urban Negeri Gingseng tersebut.
Rumah sakit jiwa Gonjiam berhenti beroperasi dengan tiba-tiba pada awal 1990.
Hingga saat ini, alasan penutupannya tidak jelas. Namun, berbagai rumor tersebar setelahnya.
Teori paling populer dari penutupan mendadak Gonjiam adalah psikiater yang mengalami masalah kejiwaan melakukan eksperimen kejam terhadap para pasiennya.
Ketika hal ini diketahui oleh pemerintah Korea Selatan, ia langsung menutup rumah sakit dan kabur ke Amerika Serikat.
Teori lainnya mengatakan, terjadi kematian pasien secara misterius di Gonjiam yang memaksanya berhenti beroperasi.
Beberapa orang menduga bahwa kematian misterius itu disebabkan oleh hantu-hantu pasien terdahulu yang kembali untuk membalas dendam.
Namun, kedua cerita ini belum terbukti kebenarannya.
Sementara itu, dilansir dari Atlas Obscura, Gonjiam ditutup karena ada masalah ekonomi, sanitasi, dan sistem pembuangan limbah.
Ketika masalah tersebut semakin parah, pemiliknya memilih pergi ke luar negeri dan tidak meninggalkan dokumentasi apa pun terkait bangunan tersebut.
Akhirnya, rumah sakit jiwa ini pun ditutup untuk umum dan dibiarkan terbengkalai hingga lebih dari 20 tahun.
Namun, meskipun gerbang Gonjiam tertutup rapat, para penikmat petualangan mengatakan, dengan beberapa usaha, kita bisa masuk ke dalam bangunan rumah sakit.
Mereka menyarankan kita untuk berjalan di sekitar pagar sampai menemukan celah kecil untuk merangkak masuk.
Setelah itu, ikuti jalan kecil yang mengarahkan kita ke bangunan utama Gonjiam.
Melalui cara tersebut, banyak orang yang akhirnya bisa masuk ke sana.
Di dalam Gonjiam, ditemukan mesin-mesin yang sudah berkarat, sisa obat-obatan, kasur kotor, dan sampah.
Ruangan yang gelap dan lembap menambah reputasi angker dan menyeramkan.
Jika Anda berniat berkunjung ke sana, pelajari dengan baik rutenya karena para penduduk lokal tidak akan memberi tahu lokasi Gonjiam.
Mereka cenderung diam ketika ditanya, bahkan terkadang membohongi pengunjung dengan memberikan alamat yang salah.
Tidak jelas mengapa para warga melakukan hal tersebut.
Rumah sakit jiwa Gonjiam dulunya merupakan rumah bagi para pengidap penyakit mental seperti skizofrenia dan gangguan kepribadian.
Banyak pasien yang melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain di sana.
Para pengunjung Gonjiam mengatakan, mereka selalu merinding saat berjalan di bangunan ini.

Saturday, April 6, 2019

Teka-Teki Pembunuhan Kim Jong Nam

Polisi Malaysia menangkap seorang warga Korea Utara terkait pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Pria berusia 46 tahun itu disebutkan bernama Ri Jong Chol, ditangkap Jumat malam dekat Selangor.
Sebelumnya, aparat Malaysia sudah menangkap tiga orang yang berbeda-beda kewarganegaraannya. Salah satunya adalah seorang perempuan Indonesia, Siti Aisyah. Lainnya, seorang perempuan warga Vietnam bernama Doan Thi Huong, dan seorang lelaki warga Malaysia, Muhammad Farid bin Jalaluddin, yang disebut-sebut sevagai pacar Siti Aisyah.
Ri Jong Chol merupakan warga Korea pertama yang ditangkap untuk kasus ini.
Sejauh ini belum ada keterangan lebih lanjut tentang penangkapan Ri Jong Chol, dan bagaimana perannya.
Yang sudah disebut adalah, Siti Aisyah dan Doan Thi Huong diduga sebagai pelaku yang menyemprotkan cairan beracun ke muka Kim Jong-nam yang berujung kematiannya.
Siti Aisyah, mehurut Kapolri Tito Karnavian yang mendapat informasi dari polisi Malaysia, mengaku melakukannya karena mengira tindakan itu sekadar acara lucu-lucuan televisi.

Korea Utara kecam Malaysia

Korea Utara menegaskan akan menolak hasil pemeriksaan terhadap jasad Kim Jong-nam, dan mengecam Malaysia yang melakukan pemeriksaan jenazah tanpa izin mereka.
Ini untuk pertama kalinya Korea Utara berkomentar terkait tewasnya Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un, pemimpin negeri tertutup itu.
Dalam pernyataan kepada wartawan di Kuala Lumpur, duta besar Korea Utara untuk Malaysia, Kang Choi meminta agar Malaysia segera menyerahkan jenazah Kim Jong-nam.
Ia menegaskan, negerinya tidak memberikan persetujuan pada pemeriksaan post-mortem terhadap jenazah Kom Jong-sam, dan secara tegas akan menolak hasil-hasil pemeriksaannya.
"Kami secara tegas menyerukan dan meminta Malaysia untuk tidak terjerat dalam plot politik dari kekuatan-kekuatan yang memusuhi DPRK (Republik Rakyat Demokratik Korea), yang ingin merusak citra republik kami, dan segera menyerahkan jasadnya tanpa syarat," kata Duta Besar Kang Chol.
Pernyataan Kang Chol, dubes Korut di Malaysia, merupakan komentar pertama pihak Korut sejak pembunuhan hari Senin.Hak atas fotoAFP
Image captionPernyataan Kang Chol, dubes Korut di Malaysia, merupakan komentar pertama pihak Korut sejak pembunuhan hari Senin.
Malaysia sendiri mengatakan sebelumnya, mereka tak akan menyerahkan jenazah sebelum mendapat sampel DNA dari kerabat Kom Jong-nam.
Dinas inteljen Korea menuduh Korea Utara berada di balik pembunuhan Kim Jong-nam. Menurut mereka, Pyongyang sudah berusaha membunuhnya sejak bertahun-tahun, namun Kom Jong-nam dilindungi oleh Cina.
Seorang pemilik restoran Korea di Kuala Lumpur, kepada BBC mengatakan, Kim Jong-sam beberapa kali mengaku kepadanya, diliputi ketakutan karena agen-agen Korea Utara mengincar untuk membunuhnya.
Sejumlah dugaan muncul, Korea Utara terlibat dalam kematian Jong-nam.
Kim Jong-nam, kakak pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tewas setelah mengalami serangan yang diduga peracunan, saat ia sedang menunggu saat naik pesawat di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia, Senin lalu.

Dikira acara kelakar TV

Siti Aisyah, perempuan Indonesia asal Serang, mengaku bersedia melakukan tindakan yang ternyata pembunuhan terhadap kakak pemimpin Korea Utara, karena dikiranya itu acara lucu-lucuan televisi.
Kapolri Tito Karnavian mengungkapkan hal itu berdasarkan informasi dari sejawatnya, Kepolisian Malaysia.
tersangka pembunuh KimHak atas fotoREX/SHUTTERSTOCK
Image captionSalah seorang tersangka dalam kasus pembunuhan Kim.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, dalam pengakuan kepada polisi Malaysia Siti mengatakan bahwa ia memang dibayar untuk melakukan hal itu, namun ia bersedia saat itu karena mengira hal itu merupakan acara lucu-lucuan untuk televisi.
Disebutkan, sebelumnya Siti dan perempuan Vietnam itu sudah pernah melakukan hal serupa untuk acara lucu-lucuan televisi, dan mereka mendapatkan imbalan 'beberapa dolar.'
Dalam aksi prank atau menipu orang sekadar untuk lucu-lucuan itu, kata Tito, "satu perempuan nutup mata (orang yang disasar) yang satunya lagi menyemprotkan sesuatu," kata Tito kepada wartawan yang mengerumuninya di Kampus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Jumat (17/2).
Itu sudah dilakukan beberapa kali oleh Siti Aisyah dan perempuan Vietnam itu .
"Terakhir, (sasarannya adalah) Kim Jong-Nam. Di semprotannya kali ini ternyata ada bahan berbahaya," sebut Tito.
Namun Siti Aisyah ia tidak menyadari apa yang terjadi.
"Dia tidak menyadari bahwa itu merupakan upaya pembunuhan oleh pihak yang diduga sebagai agen asing," kata Tito.

Kronologi Skandal Burning Sun

Presiden Korea Selatan Moon Jae In memberikan perintah khusus kepada pihak kepolisian untuk melakukan investigasi secara transparan terhadap tiga kasus yang dicurigai telah mengalami banyak kecurangan dalam proses investigasi, termasuk kasus Burning Sun. 

Ketiga kasus ini adalah soal pemerkosaan dan bunuh diri yang dialami aktris pemeran drama Boys Before Flower pada tahun 2009 silam yaitu Jang Ja Yeon, kasus pemerkosaan yang diduga dilakukan oleh mantan wakil menteri dari Kementerian Pengadilan Hak Hui pada tahun 2013 lalu, serta kasus narkoba, pelecehan seksual, dan pemerkosaan yang terjadi di Burning Sun. 

Bagaimana kronologi kasus Burning Sun yang disebut-sebut melibatkan pejabat dari kalangan atas Korea Selatan dan sengaja dirahasiakan kebenarannya ini?

Kasus ini terkuak ke publik ketika 28 Januari 2019, sebuah rekaman tersebar di dunia maya. Rekaman ini menunjukkan seorang laki-laki bernama Mr.Kim yang mengalami kekerasan oleh seorang penjaga kelab malam di Burning Sun, sebuah kelab yang diketahui dipimpin oleh Seungri eks BIGBANG.

Tak butuh waktu lama, usai merebaknya kasus kekerasan yang disinyalir terjadi karena adanya kasus pelecehan seksual di dalamnya. Burning Sun justru menjadi sorotan utama di masyarakat Korea Selatan khususnya bagi penikmat industri hiburan Korea. 

Pasalnya, usai munculnya kasus tersebut, sederet nama selebriti, pembisnis, dan para tokoh-tokoh penting dan ternama di Korea Selatan ikut terseret dalam kasus mega skandal ini.

Nama-nama tersebut pada akhirnya membuka fakta-fakta tentang kejahatan dan tindakan kriminal yang terjadi di dalamnya mulai dari kekerasan, pelecehan seksual, bisnis prostitusi, suap, judi, penghindaran pembayaran pajak, perekaman dan pendistribusian video ilegal, hingga penggunaan dan pendistribusian narkoba. Berikut Tirto merangkum kronologi Mega Skandal Burning Sun yang pada akhirnya menyeret Seungri Eks BIGBANG.

Skandal Penyerangan di Kelab Burning Sun

Pada 28 Januari 2018, program berita Newsdesk milik MBC membeberkan sebuah CCTV yang berisi rekaman penyerangan dan kekerasan yang dilakukan oleh pegawai Burning Sun terhadap Mr. Kim yang terjadi pada 24 November lalu. 

Merebaknya berita tersebut, membuat nama Seungri eks BINGBANG selaku mantan CEO Burning Sun menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Korea.

Yang Hyung Suk selaku CEO dari agensi yang menaungi Seungri memberikan pernyataan dan klarifikasi terkait keterlibatan Seungri atas insiden tersebut melalui laman YG Entertaiment pada (31/1/2019).

Melalui pernyataan resmi tersebut, YG mengungkapkan bahwa Seungri tidak terlibat dan berada di kejadian pada saat insiden tersebut terjadi. Yang Hyung Suk juga menyatakan bahwa Seungri tengah mengurus proses resign dari jabatan CEO karena kesibukan Wamil yang rencananya akan dijalaninya pada bulan April mendatang.

Dua hari kemudian, tepatnya pada (2/2/2019), Seungri merilis sebuah permintaan maaf dan klarifikasi melalui instagram pribadinya. Dalam postingan tersebut selain menyampaikan permohonan maafnya, Seungri menjelaskan posisinya yang lebih banyak bertugas sebagai bagian promosi. Ia juga menegaskan bahwa pengelolaan kelab malam tersebut bukanlah tanggung jawabnya. 

Sementara itu, terkait insiden yang terjadi di kelab tersebut, Seungri menyampaikan bahwa ia tidak tahu menahu karena saat kejadian ia tidak berada dalam lokasi kejadian. Menutup pernyataannya, Seungri mengungkapkan bahwa meskipun ia tidak berada di lokasi kejadian, namun ia akan bertanggung jawab atas perbuatan yang memang seharusnya ia pertanggung jawabkan. Usai Seungri merilis pernyataan yang berisi permohonan maaf dan klarifikasi, tercatat pada tanggal (16/2/2019), All Kpop mewartakan bahwa Burning Sun akan ditutup guna kepentingan penyelidikan pihak kepolisian yang akan mulai diberlakukan pada tanggal 17 Februari 2019. 

Usai berita tersebut rilis, proses penyelidikan berlangsung dan belum ada kabar lebih lanjut mengenai kasus yang menimpa Burning Sun dan menyeret nama Seungri eks BIGBANG. Munculnya Isu Prostitusi yang Menyeret Nama Seungri Sepuluh hari usai berita penutupan kelab malam Burning Sun rilis, muncul berita mengejutkan dari SBS FunE pada (26/2/2019). 

Melalui berita tersebut, seorang reporter merilis sebuah tentang pesan obrolan yang terjadi antara Seungri, penyanyi dengan inisial “C”, Kim (salah seorang pegawai Burning Sun), dan juga Yoo In Suk, yang merupakan CEO Yuri Holding sekaligus partner bisnis Seungri dalam mengelola beberapa usaha termasuk Burning Sun. 

Dalam pesan yang dikirim pada tahun 2015 silam tersebut, terindikasi sebuah obrolan yang membicarakan tentang permintaan penyediaan “perempuan” untuk salah seorang investor bisnis mereka. Atas berita ini, baik pihak Seungri dan juga Yuri Holding tidak mengakui keakuratan berita tersebut dan menyatakan bahwa pesan yang dimuat pada tersebut merupakan pesan yang dimanipulasi. 

Menanggapi tanggapan tersebut, reporter SBS FunE memberikan pernyataan bahwa pesan tersebut merupakan pesan asli tanpa adanya manipulasi. Pada hari yang sama, pihak kepolisian merilis pernyataan bahwa mereka akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait berita yang telah menyebar di kalangan publik ini. 

Sehari usai menyebarnya berita terkait pesan yang melibatkan Seungri, mantan personel boy group BIGBANG ini pada akhirnya memutuskan secara suka rela untuk melakukan proses penyelidikan di kantor kepolisian pada tanggal 27 Februari 2019. Menanggapi sikap anak asuhannya, YG Entertaiment pada akhirnya merilis pernyataan bahwa Seungri akan membatalkan seluruh kegiatan keartisannya termasuk konser “The Greatest Seungri” di Jakarta yang rencananya akan digelar pada 17 Maret lalu. 

Lima hari setelahnya yaitu (4/3/2019), Seungri kembali diwartakan oleh SBS FunE telah terindikasi terlibat dalam kasus prostitusi yaitu penyediaan jasa “perempuan” untuk beberapa investor bisnisnya. Berita ini diwartakan langsung oleh pihak Anti-Corruption and Civil Rights Commission yang menyatakan bahwa mereka telah menerima sejumlah bukti pada 22 Februari lalu dan tengah mendalami isi dan keaslian dari pesan-pesan yang dikirimkan oleh seorang narasumber. 

Empat hari setelah berita itu tersebar, MBC pada 8 Maret membeberkan beberapa dokumen yang menunjukkan bahwa Seungri memiliki peran yang cukup besar dalam pengelolaan kelab malam Burning Sun. Dalam data yang dirilis dan diterjemahkan oleh Soompi tersebut, diketahui bahwa Seungri merupakan salah seorang dari 4 petinggi di kelab malam tersebut dan ia merupakan salah satu investor terbesar dalam bisnis yang ia akui tak terlibat banyak hal dalam sisi pengelolaannya. 

Dari dokumen yang dirilis tersebut, juga diketahui bahwa Yuri Holding, juga menanamkan investasi pada kelab tersebut sebesar 20%. Atas beberapa dokumen dan berita yang tersebar diberbagai media tersebut, pada 10 Maret 2019, pihak kepolisian akhirnya merilis pernyataan bahwa Seungri ditahan dan akan diperiksa atas tuduhan kasus penyedia jasa prostitusi dan beberapa kasus lain seperti pengelakan pembayaran pajak. 

Kasus Prostitusi di Kalangan Selebriti dan Petinggi Korea Pada 11 Maret 2019, SBS FunE kembali merilis dokumen yang mengejutkan, dokumen ini berisi pesan di sebuah group atau ruang obrolan yang diindikasi melibatkan Seungri, CEO Yuri Holding, pegawai Burning Sun, penyanyi Jung Joon Young dan beberapa nama selebriti lain. Berdasarkan obrolan tersebut, diketahui bahwa Jung Joon Young telah membagikan sejumlah video ilegal yang ia rekam secara pribadi dan diambil secara diam-diam. 

Atas merebaknya kasus ini, Seungri pada hari yang sama, merilis sebuah pernyataan melalui instagram pribadinya bahwa ia mengundurkan diri dari dunia hiburan, termasuk keluar dari boy grup kebanggaannya yaitu BIGBANG dan agensi yang menaunginya yaitu YG Entertaiment. Sejak saat itu, kasus yang melibatkan sejumlah selebriti dan petinggi Korea ini semakin meluas dan masih berada dalam tahap penyelidikan pihak kepolisian dan Anti-Corruption and Civil Rights Commission Korea Selatan.

Sementara itu, kasus Burning Sun justru melebar hingga diwartakan menyentuh kasus penggunaan dan pengedaran narkoba, penyelewengan pajak, serta adanya kasus suap dengan pihak kepolisian. Hingga saat ini, kasus tersebut masih diselidiki dan seluruh pelaku yang diduga terlibat dalam kasus ini tengah berada dalam proses penyelidikan.

Misteri Pembunuhan Hwaseong


Hwaseong merupakan sebuah bandar yang terletak dalam daerah Gyeonggi, Korea Selatan dan merupakan bandar yang berteraskan perladangan namun, bandar ini juga menyimpan satu kisah hitam.
Antara tahun 1986 sehingga 1991, penduduk negara ini dikejutkan dengan kejadian pembunuhan bersiri yang berlaku di Hwaseong. Ia dikatakan antara pembunuhan berantai terbesar dalam sejarah kes jenayah negara republik itu.

Dalam tempoh tersebut, 10 mayat wanita berusia antara 14 tahun sehingga 71 tahun ditemui dengan corak pembunuhan yang sama.

Mayat-mayat itu ditemui dalam keadaan diikat dengan pakaian mereka sendiri dan didapati telah diperkosa dan dijerut sehingga mati.

Bermula pada 15 September 1986, Hwaseong mula dikejutkan dengan penemuan mayat seorang wanita disebuah kawasan sawah padi.

Mayat itu diikat dengan pakaiannya sendiri. Hasil siasatan mendapati mayat itu telah dirogol dan dicekik sehingga mati. Mangsa dikenali sebagai Lee Wan Im, berusia 71 tahun.

Ketika polis sedang menyiasat kes tersebut, pada 20 Oktober, satu mayat wanita berusia 25 tahun pula ditemui.

Mangsa kedua bernama Park Hyun Sook ditemui dalam keadaan serupa seperti mayat pertama.

Ketika itu, pihak polis mula sedar, satu kes pembunuhan bersiri sedang muncul dan mungkin akan ada wanita lain bakal menjadi mangsa. Jangkaan mereka tepat.

Pada 12 Disember, mayat ketiga ditemui dikenali sebagai Kwon Jung Bon berusia 25 tahun.

Hanya selang dua hari kemudian, pada 12 Disember, mayat keempat pula muncul. Seorang gadis berusia 23 tahun bernama Lee Kye Sook.

Mayat-mayat ditemui dalam keadaan yang sama. Mereka diperkosa, diikat dan dicekik sehingga mati dengan pakaian sendiri.

Kes ini mula mendapat liputan meluas. Rakyat mula ketakutan terutamanya penduduk di bandar Hwaseong.

Siasatan besar-besaran segera dilakukan yang melibatkan lebih kurang dua juta anggota polis bagi menangkap pembunuh bersiri tersebut.

Pun begitu, agak sukar untuk pihak polis mengesan pelakunya memandangkan ketika itu kemampuan penyiasatan mereka masih terhad, apatah lagi ia merupakan kes paling besar dan rumit yang harus ditangani.

Ketika pihak polis masih buntu mengesan penjenayah itu, mayat kelima ditemui pada 10 Januari 1987. Mangsanya ialah gadis berusia 19 tahun, Jong Jin Young.

Selang beberapa bulan kemudian, mayat keenam pula muncul pada 2 Mei yang menyaksikan Park Eun Joo, berusia 29 tahun menjadi mangsa.

Pada 7 September, mayat Ahn Gi Soon, wanita berusia 54 tahun ditemui sebagai mangsa ketujuh.

Tidak sampai 10 hari kemudian, mayat remaja berusia 14 tahun pula ditemui.

Penemuan mayat Park Sang Hee pada 16 September membawa kepada penangkapan seorang pemuda berusia 22 tahun apabila polis menemui rambutnya ditempat kejadian.

Tetapi, dia dibebaskan selepas siasatan yang dijalankan mendapati dia tiada kaitan dengan pembunuhan bersiri tersebut.

Selepas remaja 14 tahun menjadi mangsa, tiada lagi mayat baru ditemui dalam waktu terdekat namun, siasatan besar-besaran masih dijalankan.

Kes pembunuhan bersiri ini bukan sahaja membabitkan anggota polis paling ramai yang terlibat, bahkan telah menahan lebih kurang 20 ribu orang suspek.

Lebih 40 ribu individu telah diambil cap jari mereka, 570 sampel darah dan 180 sampel rambut untuk dianalisis, malangnya ia masih gagal memberi sebarang petunjuk.

Dua tahun kemudian, pada 15 November 1990, mayat remaja perempuan berusia 14 tahun ditemui sebagai mangsa kesembilan.

Corak jenayah yang ada pada mayat Kim Mi Jung sama dengan lapan mayat sebelumnya.

Mayat kesepuluh pula ditemui pada malam 3 April 1991 di kawasan pergunungan Hwaseong.

Mangsanya ialah Kwon Soon Sang, wanita berusia 69 tahun. Mayatnya ditemui dengan lehernya dibelit dengan stokin panjang kepunyaannya.

Walaupun pelbagai cara dilakukan, ia masih gagal memberi sebarang petunjuk siapa pembunuh sebenar.

Pada penghujung tahun 80an, Korea masih diambang teknologi yang lemah terutamanya berkaitan dengan kajian DNA.

Forensik ketika itu hanya mampu mengesahkan jenis darah pembunuh tersebut sebagai kategori 'B'.

Semasa mayat kesembilan dan kesepuluh ditemui, sampel darah dan air mani dari tempat kejadian telah dihantar ke Jepun untuk dianalisis, tetapi tiada satu pun yang sepadan dengan semua suspek yang pernah ditahan polis.
Hasil siasatan hanya sekadar mampu memberi gambaran asas pembunuh tersebut dikatakan seorang lelaki kurus berusia 20an dengan ketinggian lebih kurang 170 sentimeter.

Gambaran itu diperolehi daripada salah seorang mangsa yang berjaya menyelamatkan diri.

Walau bagaimanapun, tidak dapat dipastikan adakah lelaki itu yang melakukan semua jenayah tersebut.

Apa yang menyedihkan, di Korea Selatan, status pendakwaan sesuatu kes akan tamat selepas 15 tahun.

Ini bermakna tiada lagi pendakwaan atau perbicaraan untuk kes ini kerana sudah tamat tempoh, melainkan jika undang-undang baru digubal.

Nasib semua wanita ini tidak dapat dibela sedangkan penjenayahnya mungkin sedang hidup bergembira diluar sana.





Kisah pembunuh bersiri Hwaseong turut menjadi ilham penerbit untuk menghasilkan filem berjudul 'Memories of Murder' pada tahun 2003 yang diinspirasikan daripada kejadian tersebut.




Kasus Anak Kodok Daegu Terungkap Setelah 11 Tahun Kemudian




Pada tanggal 26 Maret 1991 lalu, sekelompok anak-anak pergi dari rumah mereka di Daegu, Korea Selatan menuju Gunung Waryoung untuk mencari kodok.
Kelima bocah itu bernama U Cheol-won (13), Jo Ho-yeon (12), Kim Yeong-gyu (11), Park Chan-in (10), dan Kim Jong-sik (9).
Hari itu adalah hari libur nasional sehingga mereka tidak pergi ke sekolah.

Kelima siswa SD Seongseo sangat mengenali area perburuan kodok mereka karena rumah mereka hanya berjarak beberapa kilometer dari gunung.
Namun sayang, kelima bocah itu tak pernah kembali ke rumah.
Lebih dari 300 ribu polisi diperintahkan langsung oleh Presiden Roh Tae-woo untuk mencari bocah itu, bizarreandgrotesque.com mengabarkan.
Namun tak ada sedikitpun jejak yang ditinggalkan bocah itu.
Ada 8 juta flyer yang disebarkan ke seluruh negeri, ada hadiah 42 juta won bagi siapapun yang berhasil menemukan bocah itu.


Bahkan beberapa orang tua bocah itu ada yang berhenti dari pekerjaannya hanya untuk mencari anak mereka.
Kasus itu pun tak menemui titik terang selama 11 tahun lamanya.
Hingga pada 26 September 2002, seorang pria pergi ke Gunung Waryoung dan menemukan pakaian dan sepatu anak-anak.
Ia pun memanggil polisi.
Dan akhirnya, kelima bocah yang kemudian disebut "Frog Boys" (bocah katak) itu ditemukan.


Awalnya polisi menduga mereka tewas membeku, sebab saat mereka hilang hari sedang dingin dan hujan, ada kemungkinan anak-anak itu tersesat.
Kelima jasad bocah itu ditemukan saling berangkulan, kemungkinan penyebabnya agar tubuh mereka tetap hangat.

Namun orang tua bocah itu curiga.
Jasad mereka ditemukan sekitar 3 km dari rumah, jadi tidak mungkin mereka tersesat.
Selain itu, jika mereka kedinginan, mengapa mereka melapas pakaian dan sepatunya.
Tak hanya itu, polisi sudah ratusan kali mencari mereka di tempat yang sama, mengapa baru 11 tahun kemudian ditemukan?
Setelah diotopsi, teori hipotermia yang dikemukakan polisi terbukti salah.
3 dari bocah itu memiliki luka di kepalanya, seperti dipukul benda tajam.
Selain itu, ada bekas darah di 2 tulang tengkorak bocah itu, serta ditemukan lubang bekas tembakan.

Polisi merumuskan fakta baru, kelima bocah itu tak hanya hilang, tapi juga dibunuh.
Setelah itu, kasus mereka pun tak berkembang.
Kelima bocah kodok itu dimakamkan dengan pantas pada 25 Maret 2004.
Tulang tengkorak mereka didonasikan ke Universitas Gyeongbuk untuk riset medis.
Pada tahun 2006, kaus mereka mencapai undang-undang pembatasan kasus pembunuhan yaitu 15 tahun.
Artinya, kasus mereka sudah tak bisa lagi dituntaskan.


Namun pembatasan kasus 15 tahun itu telah dihapus pemerintah Korea pada Juli 2015, sehingga mungkin ada harapan Frog Boys dan keluarganya bisa mendapat keadilan.


Meski begitu, hingga sekarang tak ada lagi perkembangan kasus tersebut.
Hanya pada tahun 2011, film berjudul Children dibuat untuk mengenang kasus bocah katak tersebut.